Fitri Andriyani
Theory of Literature
Semester V
Ca-Bau-Kan
Cerita
ini dimulai dari perempuan bernama Giok Lan, seorang wanita lanjut usia yang dahulu
dipungut menjadi anak dan tinggal di Belanda. Giok Lan kembali ke Indonesia
untuk mencari tahu asal usul dan latar belakang hidupnya dan keluarganya yang
sebenarnya. Dia akhirnya tahu bahwa Ibu kandungnya adalah perempuan betawi yang
bernama Siti Noerhajati, yang sering dipanggil Tinung. Tinung adalah seorang
Ca-bau-kan yang sering menghibur orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di
Indonesia. Ayah kandungnya bernama Tan Peng Liang, seorang pedagang tembakau
Tionghoa yang tinggal di Semarang.
Awalnya,
saat Tinung masih muda dan sedang hamil harus ditinggal meninggal oleh
suaminya. Hal ini menyebabkan dia dibenci oleh mertuanya dan kemudian diusir.
Dan dia kembali pulang ke rumah orang tuanya. Tinung pun harus kehilangan
janinnya karena keguguran. Setelah itu dia disuruh kerja oleh ibunya yang tidak
menginginkan Tinung terus berdiam diri di rumah. Kemudian Tinung menjadi
seorang Ca-bau-kan di daerah Kalijodo. Pada awalnya Tinung tidak ingin menjadi
seorang Ca-Bau-Kan namun karena dipaksa akhirnya dia menjadi seorang Ca-Bao-Kan
yang sangat populer dan terkenal karena kecantikannya. Karena kecantikannya itu,
Tinung dijadikan wanita simpanan oleh seorang rentenir yang sangat kasar yang bernama
Tan Peng Liang. Kemudian Tinung melarikan diri karena tidak tahan dengan
lingkungan rumah Tan Peng Liang yang hidup dengan kekerasan.
Saodah,
sepupu Tinung yang bekerja sebagai
penari cokek kemudian membawa Tinung dan memperkenalkan Tinung ke dunia tari
dan nyanyi cokek yang dipimpin oleh Njoo Tek Hong seorang musisi Tionghoa.
Dalam sebuah festival, Tinung bertemu dengan Tan Peng Liang, seorang pengusaha
tembakau dari Semarang. Tan Peng Liang ini memiliki karakter yang sangat
berbeda dengan Tan Peng Liang sebelumnya. Tinung dan Tan Peng Liang pun saling
tertarik satu sama lain. Tan Peng Liang terkenal sebagai pengusaha tambakau yang
sukses dan kaya di Batavia. Persaingan pun mulai muncul antara Tan Peng Liang
dengan Kong Koan. Kong Koan merupakan dewan pengusaha Tionghoa besar di Batavia
yang beranggotakan Oey Eng Goan, Thio Boen Hiap, Lie Kok, Kwee Tjwie Sien,
Timothy Wu dan pengacara Liem Kiem Jang.
Tinung
akhirnya menjadi seorang penari cokek dan sering menghibur di festival gambang
kromong Betawi. Dia bertemu dengan Tan Peng Liang lagi dan akhirnya menjadi
wanita simpanan Tan Peng Liang. Tinung dan Tan Peng Liang pun tinggal bersama
meskipun mereka tidak menikah secara resmi, karena di balik hubungan mereka, Tan
Peng Liang memiliki istri dan anak yang tinggal di Semarang, dan mereka sangat menentang hubungan Tan Peng Liang dan Tinung. Namun,
ibu Tan Peng Liang sangat mendukung hubungan mereka.
Persaingan
antara Tan Peng Liang dan Dewan Kong Koan menyebabkan Tan Peng Liang ditangkap
dan dipenjara di Cipinang. Dan tak lama setelah Tan Peng Liang dipenjara,
kemudian dia melarikan diri ke Cina, dan menjadi semakin terkenal dalam dunia
bisnis. Sementara Tan Peng Liang kabur ke Cina, Tinung kembali mejadi Ca-Bau-Kan.
Banyak pria yang ingin menjadikan dia sebagai wanita simpanan, namun Tinung
menolak karena dia masih mencintai Tan Peng Liang. Karena Tinung mengalami kemiskinan
dan dia tidak dapat mengurus anak-anaknya, dia terpaksa menyerahkan anak
pertamanya dan Giok Lan untuk diadopsi dan dibawa ke negeri Belanda dengan
imbalan uang. Tidak lama setelah adopsi itu, kakak Giok Lan, telah meninggal di
Belanda, namun Tinung tidak mengetahui hal itu karena dia buta huruf dan tidak
dapat membaca surat tentang kabar tersebut. Setelah itu Tinung diculik oleh
orang suruhan Tan Peng Liang (Tan Peng Liang pertama) yang ternyata masih
menyimpan perasaan kepada Tinung. Namun akhirnya Tan Peng Liang meninggal dunia
karena dibunuh oleh Tjia Wan Sen yang dendam kepadanya.
Setelah
terkenal dengan bisnisnya kemudian Tan Peng Liang ( Tan Peng Liang kedua)
pulang dan dia merasa sangat kecewa ketika Rahardjo Soetardjo mengabarkan
keadaan Tinung. Dia kemudian berjanji akan membantu perjuangan pasukan Rahardjo
Soetardjo dengan syarat dia dibantu untuk mendapatkan Tinung kembali. Tinung
pun akhirnya dibebaskan keluar dari Rumah Panjang oleh Rahardjo Soetardjo, dan
dibawa ke rumah sakit. Tinung dihantui dengan perasaan sangat bersalah, namun
akhirnya Tan Peng Liang dapat bertemu kembali dengan Tinung dan kehidupan
Tinung pun kembali ke seperti biasa.
Setelah
bertemu kembali dengan Tinung, Tang Peng Liang ikut berperan dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia, dia bergabung dengan Rahardjo Soetardjo dan Max Awuy
sebagai pemasok senjata dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun mengetahui
bahwa Tinung tidak dapat mengandung anak lagi karena kejahatan dari Thio Boen
Hiap yang menyerahkan Tinung kepada pasukan Jepang sebelum kemerdekaan. Tan
Peng Liang akhirnya mendatangi rumah
Thio Boen Hiap dan akhirnya membunuh Thio Boen Hiap dengan tembakan di kepala. Setelah
pembunuhan itu, Tan Peng Liang menjadi seorang pengusaha yang sangat kaya dan
sukses, dibantu dengan Rahardjo Soetardjo dan Max Awuy yang kini mendapat
posisi di pemerintahan Indonesia. Kemudian Tan Peng Liang kembali menyatakan cintanya
yang tulus kepada Tinung.
Namun
hidup Tan Peng Liang akhirnya berakhir, dia meninggal setelah memakan durian
beracun yang dibawakan oleh Jeng Tut dalam sebuah pertemuan bisnis di rumahnya.
Tak lama setelah meninggalnya Tan Peng Liang, Tinung akhirnya juga meninggal.
Tak ada yang mencurigai bahwa Tan Peng Liang sebenarnya mati dibunuh, namun
akhirnya Oey Eng Goan bercerita bahwa dia yang sebenarnya merencanakan
pembunuhan tersebut. Giok Lan sangat marah setelah mengetahui perbuatan
tersebut, namun akhirnya memutuskan untuk memaafkan Oey Eng Goan dan melupakan
kejadian tersebut.
Kemudian
Giok Lan mengunjungi sebuah kuburan Tionghoa, untuk berziarah ke makam kedua
orang tuanya, Tan Peng Liang dan Siti Noerhajati. Dan dia pun mengetahui bahwa
ibunya adalah seorang Ca-Bao-Kan, namun dia tidak merasa menyesal karena
pekerjaan ibunya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar