spongebob

Sabtu, 25 April 2015

Ca Bau Kan



Fitri Andriyani
Theory of Literature
Semester V
Ca-Bau-Kan
Cerita ini dimulai dari perempuan bernama Giok Lan, seorang wanita lanjut usia yang dahulu dipungut menjadi anak dan tinggal di Belanda. Giok Lan kembali ke Indonesia untuk mencari tahu asal usul dan latar belakang hidupnya dan keluarganya yang sebenarnya. Dia akhirnya tahu bahwa Ibu kandungnya adalah perempuan betawi yang bernama Siti Noerhajati, yang sering dipanggil Tinung. Tinung adalah seorang Ca-bau-kan yang sering menghibur orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Ayah kandungnya bernama Tan Peng Liang, seorang pedagang tembakau Tionghoa yang tinggal di Semarang.
Awalnya, saat Tinung masih muda dan sedang hamil harus ditinggal meninggal oleh suaminya. Hal ini menyebabkan dia dibenci oleh mertuanya dan kemudian diusir. Dan dia kembali pulang ke rumah orang tuanya. Tinung pun harus kehilangan janinnya karena keguguran. Setelah itu dia disuruh kerja oleh ibunya yang tidak menginginkan Tinung terus berdiam diri di rumah. Kemudian Tinung menjadi seorang Ca-bau-kan di daerah Kalijodo. Pada awalnya Tinung tidak ingin menjadi seorang Ca-Bau-Kan namun karena dipaksa akhirnya dia menjadi seorang Ca-Bao-Kan yang sangat populer dan terkenal karena kecantikannya. Karena kecantikannya itu, Tinung dijadikan wanita simpanan oleh seorang rentenir yang sangat kasar yang bernama Tan Peng Liang. Kemudian Tinung melarikan diri karena tidak tahan dengan lingkungan rumah Tan Peng Liang yang hidup dengan kekerasan.
Saodah, sepupu Tinung  yang bekerja sebagai penari cokek kemudian membawa Tinung dan memperkenalkan Tinung ke dunia tari dan nyanyi cokek yang dipimpin oleh Njoo Tek Hong seorang musisi Tionghoa. Dalam sebuah festival, Tinung bertemu dengan Tan Peng Liang, seorang pengusaha tembakau dari Semarang. Tan Peng Liang ini memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Tan Peng Liang sebelumnya. Tinung dan Tan Peng Liang pun saling tertarik satu sama lain. Tan Peng Liang terkenal sebagai pengusaha tambakau yang sukses dan kaya di Batavia. Persaingan pun mulai muncul antara Tan Peng Liang dengan Kong Koan. Kong Koan merupakan dewan pengusaha Tionghoa besar di Batavia yang beranggotakan Oey Eng Goan, Thio Boen Hiap, Lie Kok, Kwee Tjwie Sien, Timothy Wu dan pengacara Liem Kiem Jang.
Tinung akhirnya menjadi seorang penari cokek dan sering menghibur di festival gambang kromong Betawi. Dia bertemu dengan Tan Peng Liang lagi dan akhirnya menjadi wanita simpanan Tan Peng Liang. Tinung dan Tan Peng Liang pun tinggal bersama meskipun mereka tidak menikah secara resmi, karena di balik hubungan mereka, Tan Peng Liang memiliki istri dan anak yang tinggal di Semarang, dan mereka sangat  menentang hubungan Tan Peng Liang dan Tinung. Namun, ibu Tan Peng Liang sangat mendukung hubungan mereka.
Persaingan antara Tan Peng Liang dan Dewan Kong Koan menyebabkan Tan Peng Liang ditangkap dan dipenjara di Cipinang. Dan tak lama setelah Tan Peng Liang dipenjara, kemudian dia melarikan diri ke Cina, dan menjadi semakin terkenal dalam dunia bisnis. Sementara Tan Peng Liang kabur ke Cina, Tinung kembali mejadi Ca-Bau-Kan. Banyak pria yang ingin menjadikan dia sebagai wanita simpanan, namun Tinung menolak karena dia masih mencintai Tan Peng Liang. Karena Tinung mengalami kemiskinan dan dia tidak dapat mengurus anak-anaknya, dia terpaksa menyerahkan anak pertamanya dan Giok Lan untuk diadopsi dan dibawa ke negeri Belanda dengan imbalan uang. Tidak lama setelah adopsi itu, kakak Giok Lan, telah meninggal di Belanda, namun Tinung tidak mengetahui hal itu karena dia buta huruf dan tidak dapat membaca surat tentang kabar tersebut. Setelah itu Tinung diculik oleh orang suruhan Tan Peng Liang (Tan Peng Liang pertama) yang ternyata masih menyimpan perasaan kepada Tinung. Namun akhirnya Tan Peng Liang meninggal dunia karena dibunuh oleh Tjia Wan Sen yang dendam kepadanya.
Setelah terkenal dengan bisnisnya kemudian Tan Peng Liang ( Tan Peng Liang kedua) pulang dan dia merasa sangat kecewa ketika Rahardjo Soetardjo mengabarkan keadaan Tinung. Dia kemudian berjanji akan membantu perjuangan pasukan Rahardjo Soetardjo dengan syarat dia dibantu untuk mendapatkan Tinung kembali. Tinung pun akhirnya dibebaskan keluar dari Rumah Panjang oleh Rahardjo Soetardjo, dan dibawa ke rumah sakit. Tinung dihantui dengan perasaan sangat bersalah, namun akhirnya Tan Peng Liang dapat bertemu kembali dengan Tinung dan kehidupan Tinung pun kembali ke seperti biasa.
Setelah bertemu kembali dengan Tinung, Tang Peng Liang ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, dia bergabung dengan Rahardjo Soetardjo dan Max Awuy sebagai pemasok senjata dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun mengetahui bahwa Tinung tidak dapat mengandung anak lagi karena kejahatan dari Thio Boen Hiap yang menyerahkan Tinung kepada pasukan Jepang sebelum kemerdekaan. Tan Peng Liang  akhirnya mendatangi rumah Thio Boen Hiap dan akhirnya membunuh Thio Boen Hiap dengan tembakan di kepala. Setelah pembunuhan itu, Tan Peng Liang menjadi seorang pengusaha yang sangat kaya dan sukses, dibantu dengan Rahardjo Soetardjo dan Max Awuy yang kini mendapat posisi di pemerintahan Indonesia. Kemudian Tan Peng Liang kembali menyatakan cintanya yang tulus kepada Tinung.
Namun hidup Tan Peng Liang akhirnya berakhir, dia meninggal setelah memakan durian beracun yang dibawakan oleh Jeng Tut dalam sebuah pertemuan bisnis di rumahnya. Tak lama setelah meninggalnya Tan Peng Liang, Tinung akhirnya juga meninggal. Tak ada yang mencurigai bahwa Tan Peng Liang sebenarnya mati dibunuh, namun akhirnya Oey Eng Goan bercerita bahwa dia yang sebenarnya merencanakan pembunuhan tersebut. Giok Lan sangat marah setelah mengetahui perbuatan tersebut, namun akhirnya memutuskan untuk memaafkan Oey Eng Goan dan melupakan kejadian tersebut.
Kemudian Giok Lan mengunjungi sebuah kuburan Tionghoa, untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya, Tan Peng Liang dan Siti Noerhajati. Dan dia pun mengetahui bahwa ibunya adalah seorang Ca-Bao-Kan, namun dia tidak merasa menyesal karena pekerjaan ibunya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar