spongebob

Selasa, 11 November 2014

Cultural Studies



BUDAYA SUKU KAYAN


Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kajian Budaya
Dosen Pengampu: Atinia Hidayah, SS

Disusun Oleh:
FITRI ANDRIYAN
SEMESTER V

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO


PENDAHULUAN
          
A. Latar Belakang 
 Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai “hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia”.    Herskovits memandang kebudayaan sebagai “Sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic”.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya memiliki unsur-unsur dan ciri khas yang dapat membedakan budaya yang satu dengan yang lain. Budaya merupakan suatu tradisi yang diwariskan dari nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan. Setiap kelompok masyarakat memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain. Perbedaan budaya ini dapat menimbulkan keunikan-keunikan tersendiri.
Salah satu budaya yang memiliki keunikan adalah budaya yang ada di Thailand, yaitu budaya Suku Kayan. Suku Kayan memiliki budaya yang unik yang terletak pada wanita Suku Kayan tersebut. Adapun keunikan budaya Suku Kayan ini adalah budaya yang diwariskan dari nenek moyang yang masih terjaga keberadaannya sampai saat ini.
 B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana legenda burung Phoenix dan Naga dalam Suku Kayan?
2.      Bagaimana kehidupan masyarakat Suku Kayan?
3.      Apa hubungan Suku Kayan dengan gelang leher?
4.      Bagaimana cara pemakaian gelang leher?
5.      Apa makna dari gelang leher?
6.      Adakah dampak dari gelang leher?
7.      Apakah tradisi gelang leher sebagai mitos kecantikan Suku Kayan memiliki makna yang sama dengan mitos kecantikan wanita Thailand pada saat ini?
C. Tujuan Penulisan

1.      Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kajian Budaya
2.      Untuk menambah pengetahuan mengenai budaya terutama budaya Suku Kayan


PEMBAHASAN

A. Legenda burung Phoenix dan Naga dalam Suku Kayan
Phoenix dalam budaya barat diperkenalkan dari mitologi Yunani, dimana kata Phoenix memiliki arti merah keunguan atau crimson. Burung Phoenix merupakan nama bahasa Inggris yang diberikan kepada burung yang paling penting dalam mitologi Cina. Burung Phoenix memiliki karakteristik dan arti simbolis. Di Cina, burung Phoenix adalah makhluk legendaris kedua yang paling dihormati, yang pertama yaitu Naga. Sebagian besar burung Phoenix digunakan untuk mewakili ratu dan perempuan. Burung Phoenix adalah pemimpin burung.
Bagi masyarakat Cina, Naga melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Begitu besarnya penghormatan bangsa Cina kepada makhluk ini sehingga kaisar-kaisar yang gagah perkasa dengan bangga mengenakan gambar Naga sebagai simbol mereka. Di Cina, Naga adalah salah satu dari empat makhluk spiritual yang mendapat penghormatan tertinggi. Tiga makhluk lainnya adalah Phoenix, Qilin (Kirin) dan Kura-kura. Namun diantara semuanya, Naga adalah yang paling perkasa.
 Pada umumnya, Naga Cina memiliki tiga atau empat cakar di masing-masing kaki. Namun kerajaan Cina menggunakan lambang Naga dengan lima cakar untuk menunjukkan kalau sang Kaisar bukan Naga biasa. Lambang ini kemudian menjadi lambang ekslusif yang hanya boleh digunakan oleh sang kaisar. Siapapun yang berani menggunakan lambang Naga dengan 5 cakar akan segera dihukum mati. Naga Cina sebenarnya tidak selalu berhubungan dengan makhluk spiritual. Bisa jadi Naga tersebut adalah hewan yang memiliki fisik yang nyata. Oleh karena itu, kita harus memisahkan antara Naga spiritual dengan Naga sebagai hewan yang nyata.
Masyarakat Cina beranggapan bahwa Naga yang memiliki kekuasaan tertinggi ini melambangkan kekuatan dan nenek moyang bagi kaum laki-laki, sedangkan burung Phoenix yang memiliki kekuasaan kedua setelah Naga melambangkan nenek moyang bagi kaum wanita.
Menurut pendapat saya, Cina dan Thailand masih merupakan satu ras, karena kebanyakan orang Thailand masuk dalam ras Cina. Hal ini bisa dilihat dari kemiripan wajah ataupun bentuk muka dari masyarakat Cina dan Thailand. Dan hal ini pula yang kemungkinan menyebabkan kesamaan kepercayaan mengenai legenda burung Phoenix dan Naga sebagai nenek moyang bagi Suku Kayan.
B. Mengenal Suku Kayan
Suku Kayan adalah suku yang berasal dari Thailand, tepatnya di perbatasan Burma-Thailand, khususnya di suku Padaung atau Pa Dong. Suku Kayan adalah suku yang memiliki jumlah anggota suku terbesar di Thailand dengan jumlah sekitar 28 ribu orang.  Penduduk Kayan di Provinsi Mae Hong Son di Thailand Utara menyebut diri mereka sebagai Kayan dan merasa tersinggung dengan penggunaan istilah "Padaung" atau "Suku Bukit Kayan Leher Jinjang". Padaung (Yan Pa Doung) adalah istilah Shan bagi Kayan Lahwi (grup dimana kaum wanita mengenakan lingkaran pada bagian leher).
Penduduk Suku Kayan dikelilingi pegunungan dan dataran tinggi di bagian utara dan tengah Thailand. Rumah mereka terbuat dari bambu dan berbentuk panggung di mana bagian bawah dari panggung digunakan untuk tempat tinggal hewan-hewan ternak.
Suku Kayan ini tidak tinggal secara menetap namun selalu berpindah tempat. Hal ini dikarenakan sering terjadi peperangan antar suku. Sehingga mereka mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Selain itu, perpindahan mereka juga dilakukan untuk mencari lahan yang subur untuk bercocok tanam sehingga dapat membantu kelangsungan hidup mereka. Mayoritas masyarakat Suku Kayan bekerja dengan berkebun atau sebagai petani dan juga bertenun.   
C. Suku Kayan dan Gelang Leher
Suku Kayan memiliki budaya yang unik yaitu pemakaian gelang pada leher wanita suku ini. Penggunaan gelang leher ini dimulai sejak anak perempuan berusia lima tahun. Pada umumnya, lilitan yang digunakan pada usia tersebut hanya dua lilitan. Namun dalam jangka waktu dua sampai dengan tiga tahun sekali tumpukan gelang ditambah sampai mereka mencapai usia 19 tahun. Penambahan gelang ini akan terjadi secara terus menerus seiring bertambahnya usia anak tersebut. Dengan bertambahnya lilitan gelang, leher pun akan bertambah panjang.
Berat gelang besi di leher wanita dewasa mencapai 5 kg dan gelang kaki di bawah lutut beratnya masing-masing 1 kg. Berarti setiap hari mereka membawa beban seberat 7 kg. Bisa dibayangkan bagaimana keseharian yang mereka lakukan dengan penggunaan gelang-gelang besi mereka, setiap mereka makan, mandi, tidur dan bekerja dengan lilitan gelang di leher dan pergelangan kaki. Berat dari gelang-gelang ini mendorong tulang selangka, tulang bahu dan tulang rusuk menjadi turun, sehingga secara otomatis leher wanita Kayan ini dapat memanjang.
Gelang leher ini tidak boleh dilepas kecuali pada saat akan mengganti dengan ukuran gelang yang lebih panjang. Selain itu, gelang juga dapat dilepas pada saat menikah, melahirkan dan pada saat meninggal dunia.

Wanita Kayan saat berusia lima tahun

Wanita Kayan saat dewasa


Wanita Kayan berusia lanjut



D. Cara Pemakaian Gelang Leher
Gelang yang terbuat dari besi ini dibuat sendiri oleh wanita Suku Kayan dan tentu saja menghabiskan waktu yang cukup lama hingga proses pemasangan di leher mereka, selain itu bahan untuk membuat gelang ini juga sulit untuk didapat.
Langkah yang dilakukan sebelum memasangkan gelang di leher wanita Kayan yaitu membuat besi yang akan dipasangkan di leher mereka. Besi dibuat melingkar dan kemudian dibakar diatas kayu yang terdapat bara api yang kecil. Sambil besi itu dibakar, besi dibentuk menjadi pipih. Setelah besi melingkar dan pipih, kemudian digosok dan dihaluskan menggunakan alat yang khusus untuk menghaluskan besi tersebut. Setelah besi tersebut dihaluskan, lingkaran besi itu dibuat ukuran-ukuran sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Lingkaran besi tadi dibuat menjadi lingkaran besar kemudian mulai untuk dililitkan ke leher. Lilitan dimulai dari leher bagian atas. Lilitan diatas masih longgar, namun semakin besi itu dlilitkan ke bawah, lilitan itu semakin dikencangkan dan semakin menekan leher. Lilitan besi itu dililitkan sampai ke leher bagian bawah sampai ukuran lilitan besi yang sudah ditentukan itu habis. Setelah pemasangan lilitan gelang tersebut selesai,  wanita Kayan menaruh potongan kain di bawah setiap gelang besi supaya tidak bergesekan dengan kulit mereka. Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai cara pemakaian gelang leher pada wanita Suku Kayan ini dapat mengunjungi youtube dengan judul “Padaung Ringing Coils”.
E.  Makna Lilitan Gelang Leher
Ada beberapa makna mengenai mengapa wanita Suku Kayan memanjangkan leher mereka dengan menggunakan gelang yang terbuat dari besi ini. Alasan yang paling utama adalah dilatarbelakangi adanya kebudayaan yang turun temurun serta kepercayaan bahwa wanita Suku Kayan berasal dari seekor Burung Phoenix. Bagi masyarakat Suku Kayan, Phoenix adalah nenek moyang wanita yang berpasangan dengan Naga yang dianggap sebagai nenek moyangnya para pria suku ini. Semakin panjang leher, mereka merasa semakin mirip dengan Burung Phoenix, nenek moyang mereka.
Makna lain dari lilitan gelang ini adalah sebagai pelindung. Pada saat Suku Kayan tinggal di pegunungan, mereka sering terlibat kontak dengan binatang buas seperti harimau, beruang dan sebagainya. Pada umumnya, binatang buas menyerang manusia pada bagian leher dan tenggorokan. Untuk itulah lilitan gelang ini berfungsi sebagai pelindung bagi wanita Suku Kayan agar tidak diserang binatang buas.
Selain itu, lilitan gelang ini juga berfungsi sebagai kecantikan, karena menurut adat Suku Kayan, semakin panjang leher maka wanita tersebut semakin cantik. Namun ada pula yang mengatakan dengan memakai lilitan gelang para wanita tidak terlihat menarik sehingga mencegah suku lain membawa mereka sebagai budak. Namun, teori terakhir yang beredar belakangan ini menyebutkan, pemakaian lilitan gelang ini digunakan untuk menarik wisatawan yang akhirnya bisa menghasilkan pemasukan bagi warga Suku Kayan.
F. Dampak Lilitan Gelang
Dengan menggunakan lilitan gelang di leher yang beratnya mencapai 5kg tentu saja membatasi gerak para wanita Suku Kayan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Keunikan wanita Suku Kayan bukan tidak beresiko. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari pemakaian lilitan gelang ini, antara lain:
1.      Merasa tercekik, susah bernafas, memar dan rasa sakit yang tidak nyaman ketika gelang tersebut dilepas dan saat akan diganti dengan ukuran yang lebih panjang. Jelas saja, otot-otot leher mereka menjadi lebih lemah karena setiap harinya lilitan gelang tersebut menekan otot sekaligus menyangganya agar leher semakin terlihat panjang.
2.      Berdasarkan hasil X-ray yang menunjukakn bahwa bagan dari tulang penyangga leher berubah bentuk. Perubahan bentuk membuat otot-otot yang ada tidak berfungsi secara maksimal. Jadi penggunaan kalung ini bila dipakai secara berpuluh-puluh tahun kemudian dilepas akan berbahaya bagi wanita tersebut. Hal ini dikarenakan otot leher yang sudah lemah akibat penekanan dari lilitan gelang tersebut dan dapat menyebabkan otot-otot leher terputus.
Wanita Suku Kayan kebanyakan hidup hanya sampai umur 45-50 tahun. Hal ini dikarenakan lilitan gelang yang ada pada leher mereka.  Kenyataannya, wanita Suku Kayan mengerti dan paham akan adanya dampak yang ditimbulkan dari pemakaian lilitan gelang ini. Namun, wanita Suku Kayan jarang sekali melepas lilitan gelang dari leher mereka, kecuali adanya acara-acara tertentu yang memang mengharuskan mereka untuk melepaskan lilitan gelang tersebut.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan generasi Suku Kayan mengalami perubahan. Mereka sudah mulai meninggalkan tradisi ini walaupun ada sebagian dari generasi lainnya yang masih menjalankan tradisi ini. Alasan wanita Suku Kayan masih mempertahankan lilitan gelang ini karena mereka menganggap lilitan gelang di leher mereka adalah bagian dari tubuhnya. Hal ini dilakukan oleh mereka yang sudah memakai lilitan gelang leher selama puluhan tahun.
G. Mitos Kecantikan Wanita Thailand Pada Saat Ini
Kecantikan wanita Thailand pada saat ini tidak terlepas dari mitos kecantikan gelang leher yang digunakan oleh wanita Suku Kayan. Meskipun pada saat ini budaya memanjangkan leher telah mulai luntur bahkan sirna karena adanya beberapa faktor, namun wanita Thailand sendiri tidak begitu saja melupakan adanya budaya yang pernah terkenal tersebut.
Makna kecantikan dari gelang leher itu sendiri sudah mengalami pergeseran makna tentunya. Wanita Suku Kayan beranggapan bahwa gelang leher mempunyai makna dan filosofi yang penting dari nenek moyang mereka yaitu burung Phoenix  yang memiliki leher panjang, sehingga makna dari gelang leher itu sebagai standar kecantikan, dimana semakin panjang ukuran leher maka semakin cantik pula wanita tersebut dan juga semakin mirip dengan nenek moyang mereka.
Namun, wanita Thailand pada budaya populer saat ini beranggapan bahwa makna dari gelang leher hanyalah sebuah identitas budaya. Mereka yang masih memakai gelang leher adalah orang-orang yang tengah melestarikan budaya dengan mengikuti apa yang orang-orang terdahulu lakukan. Wanita Thailand pada budaya populer saat ini menganggap bahwa pemakaian gelang leher hanya akan membatasi aktivitas mereka, pemakaian gelang leher adalah hal yang aneh, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menilai pemakaian gelang leher merupakan budaya yang mengerikan karena dapat melukai para pemakainya.
Hal ini pula yang menyebabkan para generasi Suku Kayan tidak lagi menggunakan gelang leher. Mereka memutuskan untuk melepaskan gelang leher karena adanya beberapa alasan. Mereka yang masih menggunakan gelang leher dapat dihitung dengan jari karena jumlahnya yang sangat sedikit. Bahkan mereka yang masih menggunakan gelang leher merasa aneh dan terasingkan.
Pada tahun 2006, banyak generasi muda yang belum terlalu lama memakai gelang leher terutama yang tinggal di kawasan Mae Hong Son memilih untuk melepaskan gelang leher tersebut demi memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Kesadaran pentingnya ilmu pengetahuan telah mulai merambah generasi muda wanita Kayan. Selain alasan pendidikan, mereka memilih melepas gelang leher juga sebagai bentuk protes terhadap eksploitasi budaya. Walau sebagian mengatakan dengan melepaskan gelang leher ada rasa tidak nyaman, namun setelah tiga tahunan, mereka merasa lebih normal.
Wanita Thailand saat ini terlihat begitu bebas. Mereka tampak bebas baik di sekolah ataupun tempat kerja. Pandangan wanita Thailand saat ini telah berubah. Pendidikan dan kebebasan dinilai lebih penting dari pada budaya lama mereka. Begitu juga dengan strandar kecantikan bagi wanita Thailand pada budaya populer saat ini juga telah berubah. Seseorang dianggap cantik saat mereka memiliki tubuh tinggi, langsing, kulit putih, hidung mancung, tidak dengan gelang yang beratnya mencapai 5kg di leher mereka.
Namun, wanita Thailand pada budaya populer saat ini tidak begitu saja melupakan budaya yang pernah membuat negara mereka dikenal oleh dunia. Mereka masih menghargai adanya budaya tersebut dengan tetap menghormati dan menghargai adanya generasi wanita Suku Kayan yang masih menggunakan gelang leher, dan bahkan pemerintah Thailand menjadikan wanita Suku Kayan dengan gelang leher sekarang ini dijadikan objek wisata di Thailand. Selain itu, tidak sedikit pula artis-artis yang terinspirasi dengan gelang leher wanita Kayan. Mereka menjadikan gelang leher ini sebagai kalung untuk fashion mereka. 

Artis-artis yang terinspirasi oleh wanita Kayan



PENUTUP
       

A.    KESIMPULAN
Begitu banyak budaya yang ada di sekitar kita, baik itu budaya yang dianggap unik maupun budaya yang dianggap biasa saja. Namun, memang keunikan itulah yang membuat budaya tersebut menjadi istimewa dan dapat menjadikan ciri khas dari daerah tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa budaya dan tradisi yang ada harus kita jaga dan bahkan harus dilestarikan agar tetap terjaga keberadaannya, seperti budaya gelag leher Suku Kayan ini. Namun, seiring dengan semakin berkembangnya peradaban dunia, sebaiknya kita juga dapat mempertimbangkan sisi kesehatan dari budaya untuk diri kita sendiri.
B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya.
C.    DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar