BUDAYA
SUKU KAYAN
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kajian Budaya
Dosen
Pengampu: Atinia Hidayah, SS
Disusun Oleh:
FITRI
ANDRIYAN
SEMESTER
V
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
UNIVERSITAS
SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai “hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia”. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai “Sesuatu
yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic”.
Budaya
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diturunkan
dari generasi ke generasi. Budaya memiliki unsur-unsur dan ciri khas yang dapat
membedakan budaya yang satu dengan yang lain. Budaya merupakan suatu tradisi
yang diwariskan dari nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan. Setiap
kelompok masyarakat memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok masyarakat
yang lain. Perbedaan budaya ini dapat menimbulkan keunikan-keunikan tersendiri.
Salah
satu budaya yang memiliki keunikan adalah budaya yang ada di Thailand, yaitu
budaya Suku Kayan. Suku Kayan memiliki budaya yang unik yang terletak pada
wanita Suku Kayan tersebut. Adapun keunikan budaya Suku Kayan ini adalah budaya
yang diwariskan dari nenek moyang yang masih terjaga keberadaannya sampai saat
ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Bagaimana
legenda burung Phoenix dan Naga dalam Suku Kayan?
2. Bagaimana
kehidupan masyarakat Suku Kayan?
3. Apa
hubungan Suku Kayan dengan gelang leher?
4. Bagaimana
cara pemakaian gelang leher?
5. Apa
makna dari gelang leher?
6. Adakah
dampak dari gelang leher?
7. Apakah
tradisi gelang leher sebagai mitos kecantikan Suku Kayan memiliki makna yang
sama dengan mitos kecantikan wanita Thailand pada saat ini?
1. Untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Kajian Budaya
2. Untuk
menambah pengetahuan mengenai budaya terutama budaya Suku Kayan
PEMBAHASAN
A. Legenda
burung Phoenix dan Naga dalam Suku Kayan
Phoenix dalam budaya barat diperkenalkan dari mitologi
Yunani, dimana kata Phoenix memiliki arti merah keunguan atau crimson. Burung Phoenix
merupakan nama bahasa Inggris yang diberikan kepada burung yang paling penting
dalam mitologi Cina. Burung Phoenix memiliki karakteristik dan arti simbolis. Di
Cina, burung Phoenix adalah makhluk legendaris kedua yang paling dihormati,
yang pertama yaitu Naga. Sebagian besar burung Phoenix digunakan untuk mewakili
ratu dan perempuan. Burung Phoenix adalah pemimpin burung.
Bagi masyarakat Cina, Naga melambangkan kekuatan dan
kekuasaan. Begitu besarnya penghormatan bangsa Cina kepada makhluk ini sehingga
kaisar-kaisar yang gagah perkasa dengan bangga mengenakan gambar Naga sebagai
simbol mereka. Di Cina, Naga adalah salah satu dari empat makhluk spiritual
yang mendapat penghormatan tertinggi. Tiga makhluk lainnya adalah Phoenix,
Qilin (Kirin) dan Kura-kura. Namun diantara semuanya, Naga adalah yang paling
perkasa.
Pada umumnya,
Naga Cina memiliki tiga atau empat cakar di masing-masing kaki. Namun kerajaan
Cina menggunakan lambang Naga dengan lima cakar untuk menunjukkan kalau sang
Kaisar bukan Naga biasa. Lambang ini kemudian menjadi lambang ekslusif yang
hanya boleh digunakan oleh sang kaisar. Siapapun yang berani menggunakan
lambang Naga dengan 5 cakar akan segera dihukum mati. Naga Cina sebenarnya
tidak selalu berhubungan dengan makhluk spiritual. Bisa jadi Naga tersebut
adalah hewan yang memiliki fisik yang nyata. Oleh karena itu, kita harus
memisahkan antara Naga spiritual dengan Naga sebagai hewan yang nyata.
Masyarakat Cina beranggapan bahwa Naga yang memiliki
kekuasaan tertinggi ini melambangkan kekuatan dan nenek moyang bagi kaum laki-laki,
sedangkan burung Phoenix yang memiliki kekuasaan kedua setelah Naga
melambangkan nenek moyang bagi kaum wanita.
Menurut pendapat saya, Cina dan Thailand masih
merupakan satu ras, karena kebanyakan orang Thailand masuk dalam ras Cina. Hal
ini bisa dilihat dari kemiripan wajah ataupun bentuk muka dari masyarakat Cina
dan Thailand. Dan hal ini pula yang kemungkinan menyebabkan kesamaan
kepercayaan mengenai legenda burung Phoenix dan Naga sebagai nenek moyang bagi
Suku Kayan.
B. Mengenal
Suku Kayan
Suku Kayan adalah suku yang berasal dari Thailand, tepatnya
di perbatasan Burma-Thailand, khususnya di suku Padaung atau Pa Dong. Suku Kayan
adalah suku yang memiliki jumlah anggota suku terbesar di Thailand dengan
jumlah sekitar 28 ribu orang. Penduduk
Kayan di Provinsi Mae Hong Son di Thailand Utara menyebut diri mereka sebagai
Kayan dan merasa tersinggung dengan penggunaan istilah "Padaung" atau "Suku
Bukit Kayan Leher Jinjang". Padaung (Yan Pa Doung) adalah istilah Shan
bagi Kayan Lahwi (grup dimana kaum wanita mengenakan lingkaran pada bagian
leher).
Penduduk Suku Kayan dikelilingi pegunungan dan
dataran tinggi di bagian utara dan tengah Thailand. Rumah mereka terbuat dari
bambu dan berbentuk panggung di mana bagian bawah dari panggung digunakan untuk
tempat tinggal hewan-hewan ternak.
Suku Kayan ini tidak tinggal secara menetap namun selalu berpindah tempat.
Hal ini dikarenakan sering terjadi peperangan antar suku. Sehingga mereka
mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Selain itu, perpindahan mereka juga
dilakukan untuk mencari lahan yang subur untuk bercocok tanam sehingga dapat
membantu kelangsungan hidup mereka. Mayoritas masyarakat Suku Kayan bekerja dengan
berkebun atau sebagai petani dan juga bertenun.
C. Suku Kayan dan Gelang Leher
C. Suku Kayan dan Gelang Leher
Suku Kayan memiliki budaya yang unik yaitu pemakaian gelang pada leher wanita
suku ini. Penggunaan gelang leher ini dimulai sejak anak perempuan berusia lima
tahun. Pada umumnya, lilitan yang digunakan pada usia tersebut hanya dua lilitan.
Namun dalam jangka waktu dua sampai dengan tiga tahun sekali tumpukan gelang
ditambah sampai mereka mencapai usia 19 tahun. Penambahan gelang ini akan
terjadi secara terus menerus seiring bertambahnya usia anak tersebut. Dengan
bertambahnya lilitan gelang, leher pun akan bertambah panjang.
Berat gelang besi di leher wanita dewasa mencapai 5 kg dan gelang kaki di
bawah lutut beratnya masing-masing 1 kg. Berarti setiap hari mereka membawa
beban seberat 7 kg. Bisa dibayangkan bagaimana keseharian yang mereka lakukan
dengan penggunaan gelang-gelang besi mereka, setiap mereka makan, mandi, tidur
dan bekerja dengan lilitan gelang di leher dan pergelangan kaki. Berat dari
gelang-gelang ini mendorong tulang selangka, tulang bahu dan tulang rusuk
menjadi turun, sehingga secara otomatis leher wanita Kayan ini dapat memanjang.
Gelang leher ini tidak boleh dilepas kecuali pada saat akan mengganti
dengan ukuran gelang yang lebih panjang. Selain itu, gelang juga dapat dilepas
pada saat menikah, melahirkan dan pada saat meninggal dunia.
Wanita Kayan
saat berusia lima tahun
Wanita Kayan
saat dewasa
Wanita Kayan berusia lanjut
D. Cara Pemakaian Gelang Leher
Gelang yang terbuat dari besi ini dibuat sendiri oleh wanita Suku Kayan dan
tentu saja menghabiskan waktu yang cukup lama hingga proses pemasangan di leher
mereka, selain itu bahan untuk membuat gelang ini juga sulit untuk didapat.
Langkah yang dilakukan sebelum memasangkan gelang di leher wanita Kayan
yaitu membuat besi yang akan dipasangkan di leher mereka. Besi dibuat melingkar
dan kemudian dibakar diatas kayu yang terdapat bara api yang kecil. Sambil besi
itu dibakar, besi dibentuk menjadi pipih. Setelah besi melingkar dan pipih,
kemudian digosok dan dihaluskan menggunakan alat yang khusus untuk menghaluskan
besi tersebut. Setelah besi tersebut dihaluskan, lingkaran besi itu dibuat
ukuran-ukuran sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Lingkaran besi tadi dibuat menjadi lingkaran besar kemudian mulai untuk
dililitkan ke leher. Lilitan dimulai dari leher bagian atas. Lilitan diatas
masih longgar, namun semakin besi itu dlilitkan ke bawah, lilitan itu semakin
dikencangkan dan semakin menekan leher. Lilitan besi itu dililitkan sampai ke
leher bagian bawah sampai ukuran lilitan besi yang sudah ditentukan itu habis.
Setelah pemasangan lilitan gelang tersebut selesai, wanita Kayan menaruh potongan
kain di bawah setiap gelang besi supaya tidak bergesekan dengan kulit mereka.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai cara pemakaian gelang leher pada
wanita Suku Kayan ini dapat mengunjungi youtube dengan judul “Padaung Ringing
Coils”.
E. Makna Lilitan Gelang Leher
Ada beberapa makna mengenai mengapa wanita Suku Kayan memanjangkan leher
mereka dengan menggunakan gelang yang terbuat dari besi ini. Alasan yang paling
utama adalah dilatarbelakangi adanya kebudayaan yang turun temurun serta
kepercayaan bahwa wanita Suku Kayan berasal dari seekor Burung Phoenix. Bagi
masyarakat Suku Kayan, Phoenix adalah nenek moyang wanita yang berpasangan
dengan Naga yang dianggap sebagai nenek moyangnya para pria suku ini. Semakin
panjang leher, mereka merasa semakin mirip dengan Burung Phoenix, nenek moyang
mereka.
Makna lain dari lilitan gelang ini adalah sebagai pelindung. Pada saat Suku
Kayan tinggal di pegunungan, mereka sering terlibat kontak dengan binatang buas
seperti harimau, beruang dan sebagainya. Pada umumnya, binatang buas menyerang
manusia pada bagian leher dan tenggorokan. Untuk itulah lilitan gelang ini
berfungsi sebagai pelindung bagi wanita Suku Kayan agar tidak diserang binatang
buas.
Selain itu, lilitan gelang ini juga berfungsi sebagai kecantikan, karena
menurut adat Suku Kayan, semakin panjang leher maka wanita tersebut semakin
cantik. Namun ada pula yang mengatakan dengan memakai lilitan gelang para
wanita tidak terlihat menarik sehingga mencegah suku lain membawa mereka
sebagai budak. Namun, teori terakhir yang beredar belakangan ini menyebutkan,
pemakaian lilitan gelang ini digunakan untuk menarik wisatawan yang akhirnya
bisa menghasilkan pemasukan bagi warga Suku Kayan.
F. Dampak Lilitan Gelang
Dengan menggunakan lilitan gelang di leher yang beratnya mencapai 5kg tentu
saja membatasi gerak para wanita Suku Kayan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Keunikan wanita Suku Kayan bukan tidak beresiko. Ada beberapa
dampak yang ditimbulkan dari pemakaian lilitan gelang ini, antara lain:
1.
Merasa tercekik, susah bernafas, memar dan rasa sakit
yang tidak nyaman ketika gelang tersebut dilepas dan saat akan diganti dengan
ukuran yang lebih panjang. Jelas saja, otot-otot leher mereka menjadi lebih
lemah karena setiap harinya lilitan gelang tersebut menekan otot sekaligus
menyangganya agar leher semakin terlihat panjang.
2.
Berdasarkan hasil X-ray yang menunjukakn bahwa bagan
dari tulang penyangga leher berubah bentuk. Perubahan bentuk membuat otot-otot
yang ada tidak berfungsi secara maksimal. Jadi penggunaan kalung ini bila
dipakai secara berpuluh-puluh tahun kemudian dilepas akan berbahaya bagi wanita
tersebut. Hal ini dikarenakan otot leher yang sudah lemah akibat penekanan dari
lilitan gelang tersebut dan dapat menyebabkan otot-otot leher terputus.
Wanita Suku Kayan kebanyakan hidup hanya sampai umur
45-50 tahun. Hal ini dikarenakan lilitan gelang yang ada pada leher mereka. Kenyataannya, wanita Suku Kayan mengerti dan
paham akan adanya dampak yang ditimbulkan dari pemakaian lilitan gelang ini.
Namun, wanita Suku Kayan jarang sekali melepas lilitan gelang dari leher mereka,
kecuali adanya acara-acara tertentu yang memang mengharuskan mereka untuk
melepaskan lilitan gelang tersebut.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan
generasi Suku Kayan mengalami perubahan. Mereka sudah mulai meninggalkan
tradisi ini walaupun ada sebagian dari generasi lainnya yang masih menjalankan
tradisi ini. Alasan wanita Suku Kayan masih mempertahankan lilitan gelang ini karena
mereka menganggap lilitan gelang di leher mereka adalah bagian dari tubuhnya.
Hal ini dilakukan oleh mereka yang sudah memakai lilitan gelang leher selama
puluhan tahun.
G. Mitos Kecantikan Wanita Thailand
Pada Saat Ini
Kecantikan wanita Thailand pada saat ini tidak terlepas
dari mitos kecantikan gelang leher yang digunakan oleh wanita Suku Kayan. Meskipun
pada saat ini budaya memanjangkan leher telah mulai luntur bahkan sirna karena
adanya beberapa faktor, namun wanita Thailand sendiri tidak begitu saja
melupakan adanya budaya yang pernah terkenal tersebut.
Makna kecantikan dari gelang leher itu sendiri sudah
mengalami pergeseran makna tentunya. Wanita Suku Kayan beranggapan bahwa gelang
leher mempunyai makna dan filosofi yang penting dari nenek moyang mereka yaitu
burung Phoenix yang memiliki leher
panjang, sehingga makna dari gelang leher itu sebagai standar kecantikan,
dimana semakin panjang ukuran leher maka semakin cantik pula wanita tersebut dan
juga semakin mirip dengan nenek moyang mereka.
Namun, wanita Thailand pada budaya populer saat ini
beranggapan bahwa makna dari gelang leher hanyalah sebuah identitas budaya. Mereka
yang masih memakai gelang leher adalah orang-orang yang tengah melestarikan
budaya dengan mengikuti apa yang orang-orang terdahulu lakukan. Wanita Thailand
pada budaya populer saat ini menganggap bahwa pemakaian gelang leher hanya akan
membatasi aktivitas mereka, pemakaian gelang leher adalah hal yang aneh, bahkan
tidak sedikit dari mereka yang menilai pemakaian gelang leher merupakan budaya
yang mengerikan karena dapat melukai para pemakainya.
Hal ini pula yang menyebabkan para generasi Suku
Kayan tidak lagi menggunakan gelang leher. Mereka memutuskan untuk melepaskan
gelang leher karena adanya beberapa alasan. Mereka yang masih menggunakan
gelang leher dapat dihitung dengan jari karena jumlahnya yang sangat sedikit. Bahkan
mereka yang masih menggunakan gelang leher merasa aneh dan terasingkan.
Pada tahun 2006, banyak generasi muda yang belum
terlalu lama memakai gelang leher terutama yang tinggal di kawasan Mae Hong Son
memilih untuk melepaskan gelang leher tersebut demi memperoleh kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan. Kesadaran pentingnya ilmu pengetahuan telah mulai
merambah generasi muda wanita Kayan. Selain alasan pendidikan, mereka memilih
melepas gelang leher juga sebagai bentuk protes terhadap eksploitasi budaya.
Walau sebagian mengatakan dengan melepaskan gelang leher ada rasa tidak nyaman,
namun setelah tiga tahunan, mereka merasa lebih normal.
Wanita Thailand saat ini terlihat begitu bebas.
Mereka tampak bebas baik di sekolah ataupun tempat kerja. Pandangan wanita
Thailand saat ini telah berubah. Pendidikan dan kebebasan dinilai lebih penting
dari pada budaya lama mereka. Begitu juga dengan strandar kecantikan bagi
wanita Thailand pada budaya populer saat ini juga telah berubah. Seseorang
dianggap cantik saat mereka memiliki tubuh tinggi, langsing, kulit putih,
hidung mancung, tidak dengan gelang yang beratnya mencapai 5kg di leher mereka.
Namun, wanita Thailand pada budaya populer saat ini
tidak begitu saja melupakan budaya yang pernah membuat negara mereka dikenal
oleh dunia. Mereka masih menghargai adanya budaya tersebut dengan tetap
menghormati dan menghargai adanya generasi wanita Suku Kayan yang masih
menggunakan gelang leher, dan bahkan pemerintah Thailand menjadikan wanita Suku
Kayan dengan gelang leher sekarang ini dijadikan objek wisata di Thailand. Selain
itu, tidak sedikit pula artis-artis yang terinspirasi dengan gelang leher
wanita Kayan. Mereka menjadikan gelang leher ini sebagai kalung untuk fashion
mereka.
Artis-artis
yang terinspirasi oleh wanita Kayan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Begitu banyak budaya yang ada di sekitar kita, baik
itu budaya yang dianggap unik maupun budaya yang dianggap biasa saja. Namun,
memang keunikan itulah yang membuat budaya tersebut menjadi istimewa dan dapat
menjadikan ciri khas dari daerah tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa
budaya dan tradisi yang ada harus kita jaga dan bahkan harus dilestarikan agar
tetap terjaga keberadaannya, seperti budaya gelag leher Suku Kayan ini. Namun,
seiring dengan semakin berkembangnya peradaban dunia, sebaiknya kita juga dapat
mempertimbangkan sisi kesehatan dari budaya untuk diri kita sendiri.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar