spongebob

Kamis, 27 November 2014

Enterpreneurship



INDUSTRI BULU MATA PALSU
DI PURBALINGGA
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Yang diampu oleh Bapak M. Yusuf Subhi, SE M.Si





Disusun Oleh:
FITRI ANDRIYANI
SEMESTER V

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO



PENDAHULUAN 
A.    LATAR BELAKANG
Secara historis, kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, “sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan”. Belakangan ini, banyak orang-orang muda yang sibuk mencari pekerjaan yang tepat untuk mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela menjadi pengangguran karena demi menunggu untuk menemukan pekerjaan yang tepat dengan keinginan mereka. 
Saat ini banyak sekali pabrik-pabrik di Indonesia yang memproduksi  bulu mata palsu. Mulai dari merek Scarlet, Elise, Morise, dan bahkan bulu mata merek Syahrini. Seperti yang kita ketahui bahwa memiliki bulu mata yang lentik nan indah adalah dambaan setiap wanita. Berkenaan dengan hal tersebut, tidak sedikit wanita yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan bulu mata yang lentik, mulai dari menggunakan maskara, bulu mata palsu bahkan dengan bedah operasi. Berkaitan dengan banyaknya pabrik bulu mata palsu yang ada di Indonesia, disini penulis akan membahas mengenai usaha bulu mata palsu yang ada di kota Purbalingga.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah industri bulu mata palsu di Purbalingga?
2.      Apa bahan dasar bulu mata palsu?
3.      Bagaimana cara pembuatan bulu mata palsu?
4.      Bagaimana peluang bulu mata palsu di luar negeri?

C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan.



PEMBAHASAN
A.    Sejarah Industri Bulu Mata Palsu di Purbalingga
Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco merupakan dua karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan swasta yang sengaja meninggalkan karir mereka untuk membuka usaha sendiri yaitu usaha bulu mata palsu. Pada awalnya, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco tidak membuat sendiri bulu mata palsu. Lantaran respons pertama datang dari pemesanan bulu mata palsu, mereka kemudian memutuskan untuk menjadi eksportir produk bulu mata palsu ini. Pada saat itu, pasar ekspor bulu mata cukup besar dan pengiriman contoh produk ke calon konsumen cukup murah karena bulu mata bisa dikemas dalam paket yang kecil. Kemudian mereka meneruskan pesanan ke perajin bulu mata yang banyak terdapat di Purbalingga. Namun, saat sedang merintis usaha, justru banyak perajin bulu mata palsu yang gulung tikar.
 Tidak mau bisnis yang baru saja mereka rintis itu gulung tikar, akhirnya Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco mendirikan pabrik sendiri. Maklum, pesanan bulu mata mulai menghampiri kedua pengusaha muda ini. Bermodal tabungan Rp 50 juta, pabrik bulu mata palsu milik Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco berdiri pada bulan Oktober 2008. Pada awalnya, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco menyewa sebuah rumah di Cirongge dan mempekerjakan 30 perajin di pabrik barunya. Dan tak lupa juga Yohanes Ferry membuat badan hukum untuk usahanya, yakni PT Bintang Mas Triyasa (BMT).
Pada tahap awal, pemesanan bulu mata masih terbilang kecil dan tidak semua konsumen puas dengan produk BMT. Banyak produk bulu mata palsu mereka yang ditolak dan dikembalikan. Namun, PT BMT beranggapan bahwa konsumen yang mengembalikan bulu mata palsu ini justru memberi pelajaran bagi BMT. Mereka mengarahkan produk BMT sesuai dengan standar pasar ekspor, sekaligus memberitahu model bulu mata yang sedang tren. Dan untungnya, meskipun kecewa, para pembeli itu tidak lantas memutuskan hubungan bisnis dengan BMT.
Seperti pengusaha lain, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco mengalami hari-hari buruk di tahap awal usaha mereka. Beberapa kali pemesan tidak membayar. Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco dengan mudah percaya dengan pemesan, hingga merugi puluhan juta. Untuk mencegah kejadian serupa berulang, mereka menerapkan sistem
letter of credit bagi pemesan baru. Setelah terjalin kepercayaan yang baik, baru BMT mau menerima pembayaran di belakang, atau setelah pesanan diterima. Berkat kejelian Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco melihat peluang bisnis di daerah asalnya, kini, dua sekawan itu menjadi salah satu produsen bulu mata besar di Purbalingga, Jawa Tengah

A.    Bahan Dasar Bulu Mata Palsu
Bulu mata palsu produk BMT terdiri dari bulu mata berbahan dasar rambut asli dan rambut sintesis. Rambut asli yang diolah merupakan rambut yang berasal dari sisa-sisa potongan rambut manusia. Bahan baku ini diperoleh dari pengepul di Indonesia dan India. Bahan rambut asli dari kedua negara ini berkualitas sangat baik sebagai bahan bulu mata palsu. Perbedaannya, diameter ketebalan rambut asal India lebih besar dari pada rambut yang asli dari Indonesia. Rambut manusia memang sengaja dipilih sebagai bahan baku agar bulu mata palsu yang dibuat benar-benar terasa lembut, lentur dan ringan. Selain itu penggunaan rambut manusia juga akan membuat pemakainya terhindar dari resiko iritasi atau alergi yang bisa timbul bila pemakaian bahan sintetis.
Sedangkan bahan baku untuk rambut sintesis dipasok oleh produsen dari Jepang dan Korea. Produk kedua negara itu dikenal berkualitas baik. Selain itu  bahan-bahan lain di antaranya adalah benang dan jarum khusus.
B.     Cara Membuat Bulu Mata Palsu
Membuat bulu mata palsu idak semudah seperti saat menggunakannya. Membuat bulu mata palsu ini harus hati-hati, tidak boleh lebih atau kurang. Satu kelompok rambut terdiri dari 35 ikat, 1 ikatnya terdiri dari 5 helai rambut. Langkah pertama dalam membuat bulu mata palsu Scarlet adalah pemilihan bahan baku. Scarlet hanya menggunakan rambut manusia yang kondisinya sudah diseleksi secara ketat.
Langkah kedua cara membuat bulu mata palsu Scarlet adalah membuat desain bulu mata palsu yang sesuai dengan bentuk mata perempuan. Hal ini penting karena bentuk mata perempuan memiliki bentuk mata yang berbeda-beda sehingga membutuhkan bentuk bulu mata palsu yang berbeda pula. Misalkan mata sipit membutuhkan bulu mata palsu yang berlapis atau yang menebal di bagian luar. Dan sebaliknya mata yang besar membutuhkan bulu mata palsu tipe individual lashes yang akan membuat mata terlihat lebih proporsional.
Langkah terakhir dalam mambuat bulu mata palsu Scarlet adalah proses packing dan labelling. Setiap tipe bulu mata palsu yang diproduksi harus diberi kode untuk mempermudah pembuatan katalog. Selain itu, setiap produk akan dimasukkan dalam kemasan lalu siap untuk dipasarkan.
C.    Peluang Bulu Mata Palsu di Luar Negeri
Sejak awal, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco memang mengincar pasar ekspor. Bulu mata palsu ini sangat diminati di luar negeri. Banyak pembeli dari Malaysia, Singapura, dan Australia yang memesan rata-rata 10.000 hingga 20.000 pasang bulu mata. Pesanan bulu mata terus mengalir. Pengiriman bulu mata pun terus meningkat. Pesanan bahkan datang dari produsen alat kecantikan kelas dunia. Untuk memenuhi pesanan yang melonjak, BMT membangun pabrik baru. Pabrik yang menempati lahan di Karang Sentul, Purbalingga dibangun dengan pinjaman bank. Dengan mempekerjakan 300 orang karyawan, produksi BMT meningkat hingga 2,9 pasang bulu mata per tahun.
Hingga awal 2009, BMT sudah memiliki perwakilan pemasaran di Amerika Serikat (AS). Produk BMT semakin dikenal di Negeri Paman Sam. BMT pun masuk ke pasar Eropa karena rajin mengikuti pameran tata rias yang diadakan negara-negara di Benua Biru itu. Banyak pebisnis beranggapan bahwa perusahaan yang rajin ikut pameran memiliki kredibilitas yang baik. Harga bulu mata palsu ini beragam, mulai dari Rp. 2.000 hingga Rp. 50.000, tergantung dari model bulu mata palsu itu sendiri.
Pasar yang terus membesar membuat BMT terus menambah pabriknya. Pada tahun 2011, BMT membuka pabrik baru di daerah Mewek, Purbalingga. Yohanes Ferry mempekerjakan 2.000 karyawan untuk memproduksi 14 juta pasang bulu mata sepanjang tahun. Nilai ekspor bulu mata palsu Purbalingga ke dunia pada tahun 2009 mencapai US$ 53.083.602 atau mengalami pertumbuhan sebesar 50,97% dalam waktu setahun. Bahkan, Amerika Serikat sebagai tujuan utama eksport, mengalami pertumbuhan eksport hingga 55,28% dengan nilai US$ 46.955. Dan dari itu, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah dapat menyumbangkan 56,10% investasi industri se-Indonesia dengan nilai US$ 19.033.000 dari total US$ 21.985.000 dalam skala nasional. Investasi tertinggi ini disumbang dari sektor industri rambut dan bulu mata palsu


Pembuatan bulu mata palsu
 

Produk bulu mata palsu


 
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Seorang wirausaha harus memiliki empat unsur pokok diantaranya yaitu kemampuan, keberanian, keteguhan hati dan kreativitas. Jika sudah memiliki empat unsur pokok tersebut maka seorang wirausaha harus bisa melihat suatu “opportunity” atau peluang atau juga biasa disebut kesempatan. Seperti contoh interpreneur dari Purbalingga, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco yang memanfaatkan kesempatan peluang bisnis bulu mata palsu yang ada di daerahnya hingga mendirikan pabrik sendiri. Meskipun pada awal bisnis mereka mengalami kegagalan dan kerugian, namun pada akhirnya karena mereka mampu mengendalikan dan tetap optimis, bisnis mereka tetap berjalan dan bahkan mampu menembus pasar luar negeri. Karena setiap usaha pasti akan ada sebuah kegagalan, tergantung diri kita apakah kita akan mundur setelah kegagalan itu atau kita tetap optimis dan berfikir bahwa kegagalan itu adalah sebuah keberhasilan yang tertunda. 


B.    SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya
 
C.   DAFTAR PUSTAKA
1.      Modul Kewirausahaan