INDUSTRI
BULU MATA PALSU
DI
PURBALINGGA
Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Yang
diampu oleh Bapak M. Yusuf Subhi, SE M.Si
Disusun
Oleh:
FITRI
ANDRIYANI
SEMESTER
V
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara historis, kata bisnis dari bahasa
Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, “sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan”.
Belakangan ini, banyak orang-orang muda yang sibuk mencari pekerjaan yang tepat
untuk mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela menjadi pengangguran
karena demi menunggu untuk menemukan pekerjaan yang tepat dengan keinginan mereka.
Saat ini banyak sekali pabrik-pabrik di
Indonesia yang memproduksi bulu mata
palsu. Mulai dari merek Scarlet, Elise, Morise, dan bahkan bulu mata merek
Syahrini. Seperti yang kita ketahui bahwa memiliki bulu mata yang lentik nan
indah adalah dambaan setiap wanita. Berkenaan dengan hal tersebut, tidak
sedikit wanita yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan bulu mata yang
lentik, mulai dari menggunakan maskara, bulu mata palsu bahkan dengan bedah operasi.
Berkaitan dengan banyaknya pabrik bulu mata palsu yang ada di Indonesia, disini
penulis akan membahas mengenai usaha bulu mata palsu yang ada di kota Purbalingga.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
sejarah industri bulu mata palsu di Purbalingga?
2. Apa
bahan dasar bulu mata palsu?
3. Bagaimana
cara pembuatan bulu mata palsu?
4. Bagaimana
peluang bulu mata palsu di luar negeri?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Industri Bulu Mata Palsu di Purbalingga
Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco
merupakan dua karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan swasta yang sengaja
meninggalkan karir mereka untuk membuka usaha sendiri yaitu usaha bulu mata
palsu. Pada awalnya, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco tidak membuat sendiri
bulu mata palsu. Lantaran respons pertama datang dari pemesanan bulu mata
palsu, mereka kemudian memutuskan untuk menjadi eksportir produk bulu mata
palsu ini. Pada saat itu, pasar ekspor bulu mata cukup besar dan pengiriman
contoh produk ke calon konsumen cukup murah karena bulu mata bisa dikemas dalam
paket yang kecil. Kemudian mereka meneruskan pesanan ke perajin bulu mata yang
banyak terdapat di Purbalingga. Namun, saat sedang merintis usaha, justru
banyak perajin bulu mata palsu yang gulung tikar.
Tidak
mau bisnis yang baru saja mereka rintis itu gulung tikar, akhirnya Yohanes
Ferry dan Audrei Soekoco mendirikan pabrik sendiri. Maklum, pesanan bulu mata
mulai menghampiri kedua pengusaha muda ini. Bermodal tabungan Rp 50 juta,
pabrik bulu mata palsu milik Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco berdiri
pada bulan Oktober 2008. Pada awalnya, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco menyewa
sebuah rumah di Cirongge dan mempekerjakan 30 perajin di pabrik barunya. Dan
tak lupa juga Yohanes Ferry membuat badan hukum untuk usahanya, yakni PT
Bintang Mas Triyasa (BMT).
Pada tahap awal, pemesanan bulu mata
masih terbilang kecil dan tidak semua konsumen puas dengan produk BMT. Banyak
produk bulu mata palsu mereka yang ditolak dan dikembalikan. Namun, PT BMT
beranggapan bahwa konsumen yang mengembalikan bulu mata palsu ini justru
memberi pelajaran bagi BMT. Mereka mengarahkan produk BMT sesuai dengan standar
pasar ekspor, sekaligus memberitahu model bulu mata yang sedang tren. Dan
untungnya, meskipun kecewa, para pembeli itu tidak lantas memutuskan hubungan
bisnis dengan BMT.
Seperti pengusaha lain, Yohanes Ferry
dan Audrei Soekoco mengalami hari-hari buruk di tahap awal usaha mereka.
Beberapa kali pemesan tidak membayar. Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco dengan
mudah percaya dengan pemesan, hingga merugi puluhan juta. Untuk mencegah
kejadian serupa berulang, mereka menerapkan sistem
letter of credit bagi
pemesan baru. Setelah terjalin kepercayaan yang baik, baru BMT mau menerima
pembayaran di belakang, atau setelah pesanan diterima. Berkat kejelian Yohanes
Ferry dan Audrei Soekoco melihat peluang bisnis di daerah asalnya, kini, dua
sekawan itu menjadi salah satu produsen bulu mata besar di Purbalingga, Jawa
Tengah
A.
Bahan
Dasar Bulu Mata Palsu
Bulu mata palsu produk BMT terdiri dari
bulu mata berbahan dasar rambut asli dan rambut sintesis. Rambut asli yang
diolah merupakan rambut yang berasal dari sisa-sisa potongan rambut manusia.
Bahan baku ini diperoleh dari pengepul di Indonesia dan India. Bahan rambut asli
dari kedua negara ini berkualitas sangat baik sebagai bahan bulu mata palsu. Perbedaannya,
diameter ketebalan rambut asal India lebih besar dari pada rambut yang asli
dari Indonesia. Rambut manusia memang sengaja dipilih sebagai bahan baku agar
bulu mata palsu yang dibuat benar-benar terasa lembut, lentur dan ringan.
Selain itu penggunaan rambut manusia juga akan membuat pemakainya terhindar
dari resiko iritasi atau alergi yang bisa timbul bila pemakaian bahan sintetis.
Sedangkan bahan baku untuk rambut
sintesis dipasok oleh produsen dari Jepang dan Korea. Produk kedua negara itu
dikenal berkualitas baik. Selain itu
bahan-bahan lain di antaranya adalah benang dan jarum khusus.
B.
Cara
Membuat Bulu Mata Palsu
Membuat bulu mata palsu idak semudah
seperti saat menggunakannya. Membuat bulu mata palsu ini harus hati-hati, tidak
boleh lebih atau kurang. Satu kelompok rambut terdiri dari 35 ikat, 1 ikatnya
terdiri dari 5 helai rambut. Langkah pertama dalam membuat bulu mata palsu Scarlet
adalah pemilihan bahan baku. Scarlet hanya menggunakan rambut manusia yang
kondisinya sudah diseleksi secara ketat.
Langkah kedua cara membuat bulu mata
palsu Scarlet adalah membuat desain bulu mata palsu yang sesuai dengan bentuk
mata perempuan. Hal ini penting karena bentuk mata perempuan memiliki bentuk
mata yang berbeda-beda sehingga membutuhkan bentuk bulu mata palsu yang berbeda
pula. Misalkan mata sipit membutuhkan bulu mata palsu yang berlapis atau yang
menebal di bagian luar. Dan sebaliknya mata yang besar membutuhkan bulu mata
palsu tipe individual lashes yang akan membuat mata terlihat lebih
proporsional.
Langkah terakhir dalam mambuat bulu mata
palsu Scarlet adalah proses packing dan labelling. Setiap tipe bulu mata palsu
yang diproduksi harus diberi kode untuk mempermudah pembuatan katalog. Selain
itu, setiap produk akan dimasukkan dalam kemasan lalu siap untuk dipasarkan.
C.
Peluang
Bulu Mata Palsu di Luar Negeri
Sejak awal, Yohanes Ferry dan Audrei
Soekoco memang mengincar pasar ekspor. Bulu mata palsu ini sangat diminati di
luar negeri. Banyak pembeli dari Malaysia, Singapura, dan Australia yang memesan
rata-rata 10.000 hingga 20.000 pasang bulu mata. Pesanan bulu mata terus
mengalir. Pengiriman bulu mata pun terus meningkat. Pesanan bahkan datang dari
produsen alat kecantikan kelas dunia. Untuk memenuhi pesanan yang melonjak, BMT
membangun pabrik baru. Pabrik yang menempati lahan di Karang Sentul,
Purbalingga dibangun dengan pinjaman bank. Dengan mempekerjakan 300 orang
karyawan, produksi BMT meningkat hingga 2,9 pasang bulu mata per tahun.
Hingga awal 2009, BMT sudah memiliki
perwakilan pemasaran di Amerika Serikat (AS). Produk BMT semakin dikenal di
Negeri Paman Sam. BMT pun masuk ke pasar Eropa karena rajin mengikuti pameran
tata rias yang diadakan negara-negara di Benua Biru itu. Banyak pebisnis
beranggapan bahwa perusahaan yang rajin ikut pameran memiliki kredibilitas yang
baik. Harga bulu mata palsu ini beragam, mulai dari Rp. 2.000 hingga Rp.
50.000, tergantung dari model bulu mata palsu itu sendiri.
Pasar yang terus membesar membuat BMT
terus menambah pabriknya. Pada tahun 2011, BMT membuka pabrik baru di daerah
Mewek, Purbalingga. Yohanes Ferry mempekerjakan 2.000 karyawan untuk
memproduksi 14 juta pasang bulu mata sepanjang tahun. Nilai ekspor bulu mata
palsu Purbalingga ke dunia pada tahun 2009 mencapai US$ 53.083.602 atau
mengalami pertumbuhan sebesar 50,97% dalam waktu setahun. Bahkan, Amerika
Serikat sebagai tujuan utama eksport, mengalami pertumbuhan eksport hingga
55,28% dengan nilai US$ 46.955. Dan dari itu, Kabupaten
Purbalingga Jawa Tengah dapat menyumbangkan 56,10% investasi industri se-Indonesia
dengan nilai US$ 19.033.000 dari total US$ 21.985.000 dalam skala nasional.
Investasi tertinggi ini disumbang dari sektor industri rambut dan bulu mata
palsu
Pembuatan bulu mata palsu
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Seorang wirausaha harus memiliki empat
unsur pokok diantaranya yaitu kemampuan, keberanian, keteguhan hati dan
kreativitas. Jika sudah memiliki empat unsur pokok tersebut maka seorang
wirausaha harus bisa melihat suatu “opportunity” atau peluang atau juga biasa
disebut kesempatan. Seperti contoh interpreneur dari Purbalingga, Yohanes Ferry
dan Audrei Soekoco yang memanfaatkan kesempatan peluang bisnis bulu mata palsu
yang ada di daerahnya hingga mendirikan pabrik sendiri. Meskipun pada awal
bisnis mereka mengalami kegagalan dan kerugian, namun pada akhirnya karena
mereka mampu mengendalikan dan tetap optimis, bisnis mereka tetap berjalan dan bahkan
mampu menembus pasar luar negeri. Karena setiap usaha pasti akan ada sebuah
kegagalan, tergantung diri kita apakah kita akan mundur setelah kegagalan itu
atau kita tetap optimis dan berfikir bahwa kegagalan itu adalah sebuah
keberhasilan yang tertunda.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya
C.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Modul
Kewirausahaan